TUGAS KULIAH
MULTIPLE CROPPING

OLEH :
MUHAMMAD ANTONY JEFRI PRATAMA
05101007038
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
I. POLA TANAMAN
A. Pengertian dan
Tujuan
Pola tanaman adalah bentuk
pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia(lingkungan) dalam budidaya tanaman guna
memperoleh hasil yang sebaik baik nya(maksimum-oftimum) secara berkelanjutan.
(pemanfaatan SDA dan SDM, produksi Max/Opt, lestari dan berkesinambungan).
POLA tanam juga memiliki
pengertian lain yaitu adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam
kurunwaktu tertentu. Tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.Ada
pola tanam monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada satu arealtanam. Ada
pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satuareal. Ada pula
pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilirbeberapa jenis
tanaman pada waktu berbeda di aeral yang sama.
Pola tanam dapat digunakan sebagai
landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Hanya saja dalam
pengelolaannya diperlukan pemahankaedah teoritis dan keterampilan yang baik
tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya,
pengelolaan lahan sempituntuk mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka
pendekatan pertanianterpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman
merupakan produk utamaadalah pendekatan yang bijak.
Selain pola tanam, ada juga
istilah yang disebut pola hubungan tanaman. Yaituhubungan yang dibentuk antar
individu-individu tanaman pada lahan yang telahditanami. Pola hubungan tanaman
bertujuan untuk mengatur agar semuaindividu tanaman dapat memanfaatkan semua
lingkungan tumbuhnya agar tumbuh optimal dan seragam, serta untuk pertimbangan
teknis lainnya. Adabeberapa macam pola hubungan tanaman. Pertama, pola hubungan
barisan (rowspacing), pola hubungan ganda (double row spacing), pola hubungan
sama sisi(square spacing), dan pola hubungan segitiga sama sisi (equidistance
spacing)
B. Devinisi
Pola tanam (cropping Pattern):
Suatau urutan pertama pada
sebidang lahan selama periode tertentu (selama 1 tahun) termasuk tanah kosong.
Pola tanam berkembang sesuai
dengan:
1) Tanah dan Iklim
2) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
3) Ekonomi
4) Sosial budaya
Pola tanaman suatu daerah akan berbeda dengan daerah
lainya.
C. Terminologi bidang sistem pertanian
1. Sistem pertanian (Agricultural System)
2. Sistem usaha tani ( Farming System)
3. System pertanian (cropping system)
4. Pola pertanaman (cropping pattern)
5. Pertanaman ganda (multipple cropping)
6. Pertanaman campuran (mixed cropping)
7. Pertanaman tumpang sari (intercropping)
8. Pertanaman tumpang gilir (rely cropping)
9. Pertanaman bergilir (sequential crooping)
10. Pertanaman bertingkat (multi story cropping)
11. Pertanammn berlajur (strip/lane cropping)
12. System surjan (alternating bed system
A. Pengertian dan Tujuan
Sistem penanaman ganda
merupakan sistem bercocok tanam dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman
dalam sebidang tanah bersamaan atau digilir. Bisa juga Multiple
cropping atau sistem tanam ganda merupakan usaha petanian untuk mendapatkan
hasil panen lebih dari satu kali dari jenis atau beberapa jenis pada sebidang
tanah yang sama dalam satu tahun. Sistem ini dapat menunjang
strategi pemerintah dalam rangka pelaksanaan program diversifikasi pertanian
yang diarahkan untuk dapat meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya
dengan tetap memperhatikan kelestariannya.
Sistem pertanian ganda ini
sangat cocok bagi petani kita dengan lahan sempit di daerah tropis, sehingga
dapat memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus
meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya alam. Selain itu keuntungan
lain dari sistem ini : (a) mengurangi erosi tanah atau kehilangan tanah-olah,
(b) memperbaiki tata air pada tanah-tanah pertanian, termasuk meningkatkan
pasokan (infiltrasi) air ke dalam tanah sehingga cadangan air untuk pertumbuhan
tanaman akan lebih tersedia, (c) menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah,
(d) mempertinggi daya guna tanah sehingga pendapatan petani akan meningkat
pula, (e) mampu menghemat tenaga kerja, (f) menghindari terjadinya pengangguran
musiman karena tanah bisa ditanami secara terus menerus, (g) pengolahan tanah
tidak perlu dilakukan berulang kali, (h) mengurangi populasi hama dan penyakit
tanaman, dan (i) memperkaya kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan bahan
organik.
Menurut bentuknya,
pertanaman ganda ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: pertanaman tumpangsari
(Intercropping) dan pertanaman berurutan (Sequential Cropping).
Sistem tumpang sari, yaitu sistem bercocok tanaman pada sebidang tanah dengan
menanam dua atau lebih jenis tanaman dalam waktu yang bersamaan. Sistem tumpang
sari ini, disamping petani dapat panen lebih dari sekali setahun dengan
beraneka komoditas (deversifikasi hasil), juga resiko kegagalan panen dapat
ditekan, intensitas tanaman dapat meningkat dan pemanfaatan sumber daya air,
sinar matahari dan unsur hara yang ada akan lebih efisien.
Agar diperoleh hasil yang
maksimal maka tanaman yang ditumpangsarikan harus dipilih sedemikian rupa
sehingga mampu memanfaatkan ruang dan waktu seefisien mungkin serta dapat
menurunkan pengaruh kompetitif yang sekecil-kecilnya. Sehingga jenis tanaman
yang digunakan dalam tumpangsari harus memiliki pertumbuhan yang berbeda,
bahkan bila memungkinkan dapat saling melengkapi. Dalam pelaksanaannya, bisa
dalam bentuk barisan yang diselang seling atau tidak membentuk barisan.
Misalnya tumpang sari kacang tanah dengan ketela pohon, kedelai diantara
tanaman jagung, atau jagung dengan padi gogo, serta dapat memasukan sayuran
seperti kacang panjang di dalamnya.
Sistem penanaman ganda yang
lain yaitu sistem tumpang gilir, yang merupakan cara bercocok tanaman dengan
menggunakan 2 atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah dengan pengaturan
waktu. Penanaman kedua dilakukan setelah tanaman pertama berbunga. Sehingga
nantinya tanaman bisa hidup bersamaan dalam waktu relatif lama dan penutupan
tanah dapat terjamin selama musim hujan.
Ada beberapa jenis
multiple cropping, seperti mixed cropping, relay planting, intercropping dan
lain-lain. Intercropping (tumpangsari) merupakan salah satu jenis multiple
cropping yang paling umum dan sering dilakukan oleh petani di Indonesia.
Biasanya pada system tumpangsari, hasil dari masing-masing jenis tanaman akan
berkurang apabila dibandingkan dengan system monokultur, tetapi hasil secara
keseluruhan lebih tinggi.
Multiple cropping
merupakan system budidaya tanaman yang dapat meningkatkan produksi lahan.
Peningkatan ini dapat diukur dengan besaran yaitu NKL (Nisbah Kesetaraan Lahan)
atau LER (Land Equivalent Ratio). Sebagai contoh nilai NKL atau LER = 1,8;
artinya bahwa untuk mendapatkan hasil atau produksi yang sama dengan 1 hektar
diperlukan 1,8 hektar pertanaman secara monokultur.
HA1 = Hasil
jenis tanaman A yang ditanam secara tumpangsari.
HB1 = Hasil jenis tanaman B yang ditanam secara tumpangsari.
HA2 = Hasil jenis tanaman A yang ditanam secara monokultur.
HB1 = Hasil jenis tanaman B yang ditanam secara tumpangsari.
HA2 = Hasil jenis tanaman A yang ditanam secara monokultur.
Pada prinsipnya teknik budidaya tanaman sama, seperti tanaman
pangan, industri, atau yang lainnya. Bentuk sistem budidaya sangat bermacam,
contohnya Multiple Croping. Bentuk sistem Multiple Croping yang telah lama
dikenal adalah tanaman campuran, tumpang sari dan pergiliran tanaman kemudian
tanaman sisipan. Tumpang sari sering dijumpai di daerah sawah tadah hujan,
tegalan dataran rendah maupun dataran tinggi. Tumpang sari di dataran rendah
biasanya terdiri dari berbagai macam palawija atau padi dan palawija, sedangkan
di dataran tinggi biasanya terdiri dari berbagai macam tanaman hortikultura (sayuran)
(Thahir, M. et al. 1985).
Peran lain dari multiple cropping adalah dapat mengurangi
resiko kegagalan panen satu jenis tanaman serta stabilitas biologis, dapat
menyerap tenaga kerja, penggunaan cahaya matahari lebih efisien, dapat menekan
pertumbuhan gulma dan mencegah erosi.
B.
Jenis –
Jenis Multiple Cropping
Ada beberapa jenis multiple cropping, seperti mixed cropping,
relay planting, intercropping dan lain-lain.
1. Tumpang sari (Intercropping)
Tumpangsari adalah
penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode
tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari
antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi
total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta
unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan
pertumbuhan gulma (Herliana, 1996).
Keuntungan tumpang sari yaitu:
o
Mencegah
dan mengurangi pengangguran musim
o
Memperbaiki
keseimbangan gizi masyarakat petani
o
Adanya
pengolahan tanah yang minimal
o
Jika
tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah
o
Mengurangi
erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh tanaman yang
satu lagi (Thahir, 1999).

Salah satu jenis tanaman yang dapat
dijadikan sebagai tanaman sela pada tanaman jagung adalah tanaman kedelai. Tanaman
jagung dan kedelai memungkinkan untuk ditumpangsari karena tanaman jagung
menghendaki nitrogen tinggi, sementara kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari
udara bebas sehingga kekurangan nitrogen pada jagung terpenuhi oleh kelebihan
nitrogen pada kedelai (Thahir,
1999).
Jagung dan kedelai yang ditanam
secara tumpang sari akan terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur hara, air
dan sinar matahari. Sehingga pengaturan sistem tanam dan pemberian pupuk sangat
penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi tersebut.
a. Perbedaan
Tumpang Sari dan Monokultur
Tumpang
sari
|
Monokultur
|
-
Akan terjadi peningkatan
efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari),
-
Populasi tanaman (berbeda) dapat
di atur sesuai yang dikehendaki
-
Dalam satu areal diproduksi lebih
dari satu komonitas
-
Tetap mempunyai peluang
mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal
-
Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat
menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis
sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan
kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
|
-
Tidak terjadi peningkatan
efisiensi
-
Tidak dapat mengatur populasi,
karena hanya terdapat satu jenis
-
Hanya memproduksi satu komonitas
-
Tidak ada peluang bila satu jenis
tanaman yang diusahakan gagal
-
Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat
menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis
sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan
kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
|
b. Syarat
– syarat Tumpang Sari
-
Famil harus sama agar pola pertumbuhan
dan bahan makanan yang diperlukan sama dan tidak saling menghambat pertumbuhan
-
Bagian tanaman yang dipanen setidaknya
harus sama agar hama yang akan menyerang tidak focus pada satu jenis tanaman
saja
-
Syarat tumbuh tanaman harus diperhatikan
agar tidak saling berebut kebutuhan nutrisi.
-
Sistem perakaran harus berbeda, jika
sistem perakaran sama maka tanaman tersebut akan memperebutkan unsure hara yang
terkandung dalam tanah yang dapat mengakibatkan penghambatan tubuh tanaman (
Tim Dosen DBT. 2010).
2.
Tumpang
gilir ( Multiple Cropping )
Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),,dilakukan secara
beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk
mendapat keuntungan maksimum.

Faktor-faktor
tersebut adalah :
·
Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat
tenaga kerja, biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai
akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
·
Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar
penggunaan modal dan meningkatkan produktivitas lahan
·
Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang
meluas
·
Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman,
sangat membantu mencegah terjadinya erosi
·
Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman,
sangat membantu mencegah terjadinya erosi
·
Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk hijau
Contoh: jagung muda,
padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
3. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping )
Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ), Merupakan pola tanam
dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam
waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda).
Pada umumnya tipe ini dikembangkan untuk mengintensifikasikan
lahan. Dengan demikian kemampuan lahan untuk menghasilkan sesuatu produk pangan
semakin tergali. Oleh karena itu pengelola dituntut untuk semakin jeli
menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan agar waktu dan nilai ekonomisnya
dapat membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan.
Contoh: jagung
disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang
panjang.

4. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ),
Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ), Merupakan penanaman
terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya,
semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama
dan penyakit.
Contoh:
tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

5. Tanaman bergiliran ( Sequential Planting)
Merupakan penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang
dilakukan secara bergiliran. Setelah tanaman yang satu panen kemudian baru
ditanam tanaman berikutnya pada sebidang lahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Endry.2013.
Pengertian Dan Tujuan Pola Tanaman http://endrymesuji.
blogspot.com/2012/06/pengertian-dan-tujuan-pola-tanaman.html. diakses 09
Januari 2013.
Kanisius.
1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.
Thahir
S.M., Hadmadi. 1985. Tumpang Gilir. Yasaguna, Jakarta.
Tim
Dosen DBT. 2010. Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar